Minggu, 29 September 2013

surat untuk Ramanda








Kakanda...
Sayang,

Barangkali kakang belum tahu bahwa saya benar-benar sayang pada Kakang. namun, apakah Kakang tahu, bahwa rasa sayang itu bisa pudar kapan saja kalau kita tidak benar-benar merawatnya?
apa yang harus saya lakukan lagi, Kakang? saya sudah melakukan semampu saya untuk merawat cinta ini. sementara Kakang? apa yang sudah Kakang lakukan? mungkin saya yang tidak tahu. Kakang, sangat bodoh ketika saya menunggu Kakang dan Kakang hanya diam saja. saya takut cinta saya ini akan pudar dan digantikan entah apa itu. jangan biarkan itu, Kakang. saya bukan majnun yang harus menunggu dan menunggu itu sangat membosankan, Kakang...kalau memang kita tidak bisa bersama, ada satu hal yang ingin saya lihat dari Kakang. saya ingin kakang bahagia, sukses dan yang terpenting selalu dekat dengan-Nya.  Kakang jangan hanya disibukkan angan kosong belaka. ini bukan jaman prasejarah Kakang. ini jaman globalisasi. kita dituntut bisa menghasilkan uang. bukan saya bersikap materialistis. akan tetapi, inilah kenyataanya. kita butuh uang untuk makan. tidak ada orang yang memberi cuma-cuma kalau kita tidak bekerja. apakah kita hanya menunggu kerjaan datang? tidak kakang, tidak. kita harus menggerakkan tangan dan kaki kita agar bisa bergerak dan melangkah ke arah yang lebih baik. sukses itu tidak instan, Kakang. bukankah Kakang tahu itu? itu yang pernah Kakang katakan pada saya waktu itu. Maaf, Kakang bukan maksud saya mengatakan hal itu. saya hanya ingin Kakang berubah ke arah yang lebih baik. jika butuh transmigrasi, tak apa, Kakang. saya rela untuk menunggu beberapa saat lagi. Kakang itu adalah seorang guru, dan takdir Kakang adalah menyebarkan ilmu yang kakang miliki, seperti titah ayahanda dan ibunda, Kakang. jangan khawatir kakang, aku akan menunggumu sampai batas tak menentu,

salam cinta dari
Sintamu
yang akan selalu mendoakanmu ke arah yang lebih baik
dengan senyum
dan kesetiaan


jalan ini







masih ingatkah jalan ini? jalan yang kita lewati setiap pagi dan sore hari. namun, ia tetap sama saja
berdiri, sementara kita harus berjalan dan menghabiskan waktu yang tak menentu. kapan jalan ini akan menjadi lebih baik? jika musik penghujan tiba, akan seperti ini, becek di mana-mana dan sebelah barat lagi, jika hujan lebat, sungai akan melimpahkan airnya ke jalan dan banjir pun tak bisa dihindari. jika aku jadi menteri, atau bahkan jadi presiden, tapi itu tidak mungkin. jika aku jadi menteri atau presiden aku tidak mungkin mau menginjakkan kakiku dan mobilku yang bersih ke tempat seperti ini. 

Selasa, 17 September 2013

teater dan HIDUP

saya sendiri belum tahu betul apa itu teater. mungkin, teater adalah gambaran kehidupan yang dipentaskan di atas panggung dengan segala perlengkapannya. teater adalah proses hidup seperti proses lainnya selain teater. ketika dulu saya ikut kelompok ini, ya, banyak hal yang terjadi. suka duka semuanya jadi satu, melebur dalam setiap nafas dan terkadang membuat saya sesak. namun, akhirnya, saya sadari bahwa itu adalah hal terindah saya jalani selama  menjadi mahasiswa. ikut dalam organisasi di bawah naungan dunia pendidikan memang tidak terlalu mudah, semua harus fokus dan konsentrasi ke situ. namun, sekarang agak berbeda, mereka yang masih di sana, agak goyah dan kurang fokus, itu hanya asumsi dan anggapan saja. sebenarnya, mereka masih perlu bimbingan dan binaan. namun, hanya segelintir orang yang peduli.
ah, sudahlah itu lakon yang harus mereka lakoni. disayangkan saja ketika tempat itu akan berakhir dan hilang dengan sendirinya. 

Senin, 02 September 2013

mi ayam dan desa saya, n calon kakak ipar

welll..so..temen saya bilang desa saya nggak ada mi ayam...ya..ya..ada benernya, tapi nggak juga kali
bukan masalah ada atau nggak, masalahnya kalau ada yang jualan laku nggak?
soalnya warga desa saya tuh, biasa aja,,,biarlah makan apa aja, yang penting kalau njagong punya baju bagus dan perhiasan bagus, n terlihat cantik..
waww
btw ya hidup memang harus dinikmati
terserah aja orang bilang apa
yang penting asoy pakde..
hohhhhh..
atau cerita lagi
ini soal adik  dan emak saya
emak saya bilang, "Tadi malam, bapakmu ngimpi. ngimpi membuat rumah. lha ya benar, dulu pernah mimpi kaya gitu. katanya kalau ngimpi buat rumah itu ada saudaranya yang mau menikah. mungkin itu kamu, Nduk'
saya cuma cengar-cengir saja
lalu emak saya bilang juga, "Tadi sebelum kamu pulang, emak sempat cerita ngalur ngidul sama adikmu ini"
terus adik saya bilang, "Iya mbk, ntar kalau kamu nikah yang masak Lek Yati saja, terus yang masak nasi Wo Amin, yang isah-isah Lek Siti. trataknya satu saja, nggak usah banyak, kyainya Lek Kasan atau Lek Khamid saja. terus yang diundang nggak usah banyak-banyak, tiga ratus orang saja. dan yang terakhir saudara sesepuh pinisepuh diundang setelah semuanya beres. kenapa? kalau mereka ikut campur malah nggak jadi beres, malah semprawut, lak yo bigu Mak?"
saya masih cengar-cengir sendiri.
lantas saya bilang lagi sama adik saya, "Ya, kamu itu sebagai adik harus mendoakan mbakyumu ini, semoga ndang ketemu jodone"
"Wo, yo terus, setiap saya solat, siapa yang tidak saya doakan selain mbkku ini, semoga cepak jodone"

Emak saya dan adik saya sudah pengen punya kakak ipar..
he..ha,,,ternyata adik n emak gue udah nyiapin semuanya termasuk cadangan beras kalau saya nikah nanti
gila ngga tuh...
tapi nggak gila amat karena mereka sudah menatikan yang namanya calon menantu dan itu bikin saya agak terbebani. ya kalau yang mereka harapkan itu sesuai dengan yang diinginkan kalau tidak?
welll..birkan saja waktu mengalir bagai alir..terus mengalir dan Tuhan yang akan menentukan arahnya..
di mana dan kapan..
n keep smile
ini cuma cerita
inget cerita lagi, tadi siang saya baru saja makan mi ayam..mantap, maknyus..
ada lagi, mi ayam di Pasar Suruh..di sebelah timur pasar, woyyys..mantap, maknyus...pokokmen..mantaBBBBB
kalau pulang, boleh mampir..

sekali dua kali..tiga kali..dan seterusnya sampai titik darah penghabisan..
mati satu tumbuh seribu

Mawar Biru

adakah mawar biru
tertancap di hatimu
jangan sampai ia mati
jangan biarkan ia layu
jangan biarkan ia diambil orang lain
jangan biarkan tertutup awan

biarlah kutulisu
sajak ini dalam malam dan kesendirian
karena esok aku tak tahu
di manakah tubuh ini bakal berdiri
di sampingmu atau di samping orang lain
mungkin tidak di samping siapa pun
karena semua sudah usai
bersama cacing-cacing yang siap mengurai
kesenyapan
dan senyum yang telah hilang
haruskah kuucap selamat tinggal
atau tak usah saja
karena kita memang tidak pernah bersama

SKA, 2 September 2013